Inilah Dalil Al-Qur’an Untuk Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Assalammu‘alaikum warramatullahi wabarakatuh.

Salam sejatera bagi kita semuanya. Sholawat serta Salam oleh junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. 


Hari Selasa ini tepatnya pada Tanggal 12 Rabbiul Awwal 1441 H / 9 November 2019. Merupakan peringatan Hari Maulid Nabi Muhammad SAW. 





Sumber Artikel : AiTarus


Apakah memperingati Maulid Nabi merupakan perkara baru sesat (Bid’ah Dholalah) tanpa dalil dari al-Qur’an? Silahkan baca penjelasannya disini.
Setiap tahun mayoritas umat Islam di dunia memperingati dan merayakan Maulid Nabi Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wasallam, mereka menyambut kelahiran manusia termulia dan pembawa Rahmat Allah ini dengan berbagai cara.

Cara mereka merayakannya berbeda-beda ada yang berkumpul di sebuah tempat kemudian membaca sejarah Nabi, membaca al-Qur’an, membagikan makanan dan lain sebagainya. Dan yang pasti dilakukan dengan mengisi hal yang Sunnah.
Kemudian muncullah orang-orang yang mempertanyakan dasar Syar’i merayakan Maulid ini. Bagi mereka ini merupakan tindakan baru yang tidak pernah diserukan oleh al-Qur’an pula al-Hadis dan tidak dicontohkan oleh Nabi kemudian para Sahabatnya.
Dalil-dalil Al-Qur’an Untuk Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.


Ternyata ada dalil dari al-Qur’an sebagai dasar untuk memperingati dan merayakan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Dalil yang bisa kita gunakan untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam adalah sebagai berikut:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Yunus (10) : 58).
Dari ayat diatas Allah menyerukan kepada kita agar bergembira atas Rahmat-Nya. Dan di ayat lainnya, disebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Alaa Alihi Wa Sallam adalah Rahmat Allah, yakni di surah berikut ini:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Qs. Al Anbiya’ (21) : 107).


Kedua dalil diatas sebagai landasan atau dasar (Ushul) bagi umat Islam untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wasallam.
Bentuk kegembiraan yang umat Islam lakukan terhadap RahmatNya (Yakni Nabi Muhammad) salah satunya adalah merayakan dan memperingati Maulid selain mengikuti perintah dan sunnahnya.
Sikap Kelompok Salafi terhadap Perayaan Maulid


Kelompok Salafi menolak keras peringatan Maulid karena bagi mereka ini merupakan perkara bid’ah yang tiada perintah dan contoh dari Nabi beserta para sahabatnya.
Akan tetapi kita bisa balik bertanya mengenai ijma mereka yang melakukan hal-hal baru yakni membagi Tauhid menjadi 3.
Jika kita memakai cara berfikir sama seperti mereka, dengan mempertanyakan:
Dimanakah dalil al-Qur’an dan as-Sunnah yang memerintahkan membagi Tauhid menjadi 3 yakni Rububiyah, Uluhiyah dan Asma Wa Shifat?
Tentu mereka tidak akan dapat menjawabnya, kecuali mengatakan bahwa secara eksplisit (tegas) memang tidak ada dalil al-Qur’an memerintahkan membagi menjadi 3, namun secara dasar banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menyerukan istilah-istilah Tauhid tadi sehingga tepat untuk dibagi menjadi 3 definisi Tauhid.
Jika kita bicara secara dasar maka bisa saja kita mensahkan banyak hal baru, karena namanya dasar bisa digunakan untuk menghasilkan apapun.
Dalam kasus ini para Salafi terbukti tidak adil dalam menetapkan hukum untuk perkara Maulid, mereka menuntut dalil eksplisit berupa perintah al-Qur’an dan al-Hadis, dan contoh apakah para Nabi dan para sahabatnya merayakan Maulid.
Namun mereka tidak menggunakan cara yang sama ketika menetapkan formulasi Tauhid menjadi 3, apakah ada perintahnya di al-Qur’an dan al-Hadis? Apakah ada contoh dari Nabi dan para sahabatnya membagi Tauhid menjadi 3?
Mereka tidak melakukan hal itu. Namun mereka men-sah-kan pembagian Tauhid dan mendaulatnya sebagai bukan perkara bid’ah.
Sekali lagi yang mereka lakukan adalah: mereka hanya gunakan ayat-ayat al-Qur’an sebagai Ushul / Pondasi  kemudian memahaminya dengan pemahaman mereka sendiri untuk memutuskan bahwa perkara pembagian Tauhid ada dalilnya dan bermanfaat untuk memudahkan mengajari umat mengenal Allah Ta’ala.
Maulid adalah bentuk Kegembiraan dan Dakwah


Seperti sudah kami singgung sebelumnya bahwa merayakan Maulid merupakan bentuk kegembiraan kami terhadap RahmatNya (Qs. Yunus:58).
Di dalam perayaan Maulid dapat kita temui berbagai aktivitas yang disunnahkan yakni:
  • Membaca al-Qur’an.
  • Berdakwah dengan mengisinya dengan ceramah agama.
  • Membaca sejarah Nabi.
  • Membaca pujian kepada Nabi.
  • Berkumpulnya umat Islam dan saling mengenal.
  • Memberi makan umat Islam.
Semua kegiatan didalam peringatan Maulid adalah Sunnah, tidak menyelisihi Syariat, sedangkan peringatan Maulid merupakan usaha untuk mengingatkan kembali terhadap pribadi dan perjuangan Nabi Muhammad Sallahi Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam.
Yang diharapkan akan memotivasi umat Islam untuk kembali menjadikan Nabi Muhammad sebagai suri tauladan (Uswatun Hasanah) yang Insya Allah mendatangkan Ridho Allah Ta’ala.
Untuk melihat artikel dari postingan sebelumnya, silahkan lihat di sini

Oke cukup sampai sini saja ya, semoga kita lebih mencintai dan mengikuti teladan Nabi Muhammad saw. Dan lebih dicintai oleh Allah swt.

Terima kasih dan mohon maaf bila ada kesalahan apapun.

Waltafik hidaiyah,


Wassalammu'alaikum warromatullahi wabarokatuh.

Comments