Halo semuanya! Malam Kemarin tepatnya pada Jumat, 10 April 2020 (16 Sya'ban 1441 H) sekitar Pukul 22.00 WIB Gunung Anak Krakatau (GAK) dilaporkan Meletus karena Gunung Berapi yang mengakibatkan Semburan Abu Vulkanik yang Tebal.
Sumber Artikel : Kompas.com
Pasca-kejadian tersebut, sejumlah warganet mengaku mendengar Suara Dentuman berkali-kali. Pengguna Twitter @WulanCnt mengungkapkan, ia mendengar suara Dentuman tersebut pada Dini Hari Sabtu (11/4/2020 | 17/8/1441) Pukul 02.20 WIB.
Pengguna Twitter @WulanCnt mengungkapkan, ia mendengar Suara Dentuman tersebup pada Sabtu (11/4/2020 | 17/8/1441) 02.19 WIB.
"Halo, min. Please kasih rilis terkait dentuman yang barusan terjadi di daerah jabodetabek dong. Apa bener ini karena erupsi krakatau? Atau gimana?," Tulis @wulanCnt dalam Tweet-nya.
Penjelasan PVMBG
Menanggapi hal itu, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani mengatakan, tidak terdengar Dentuman dari Pos Pengamatan di Pasauran. Namun, pihaknya membenarkan mengenai adanya Erupsi dari Gunung Anak Krakatau.
"Memang Gunung Anak Krakatau telah Erupsi sejak tadi Malam. Sampai pagi ini masih berlangsung Erupsi Strombolian dengan Lontaran Lava Pijar sekitar 500 Meter. Namun, dari Pos Pengamatan di Pasauran, Pantai Carita, tidak terdengar Dentuman," ujar Kasbani, Sabtu (11/4/2020 | 17/8/1441).
Suara Dentuman yang disinyalir dari Letusan Gunung Anak Krakatau
Sementara itu, Ahli Vulkanologi dari PVMBG, Surono, menyampaikan, ia belum mengetahui Sumber Suara Dentuman yang dimaksud oleh sejumlah Warganet.
Namun, ia menganggap suara tersebut disinyalir dari adanya Letusan Gunung Anak Krakatau.
"Saya terus terang tidak tahu sumber suara dentuman tersebut, kecuali yang paling mungkin adanya Letusan Gunung Anak Krakatau yang meletus beruntun Pagi ini," ujar Surono saat dikonfirmasi terpisah oleh Kompas.com, Sabtu (11/4/2020 | 17/8/1441).
Pria yang akrab disapa dengan Mbah Rono ini menyampaikan, hal yang paling berbahaya dari Letusan Gunung Berapi Muda yakni adanya Longsoran pemicu Tsunami yang terjadi pada Desember 2018 lalu (Tsunami yang terjadi di Selat Sunda).
Adapun longsoran tersebut terjadi lantaran untuk menambah bentuk Gunung agar lebih Tinggi dan Besar.
"Gunung Anak Krakatau mengikuti hukum kodrat alam, sering meletus seperti dulu, pernah satu tahun tidak berhenti, guna membangun tubuhnya supaya tinggi dan besar," ujar Mbah Rono.
Sementara itu, Mbah Rono menjelaskan, saat Gunung Anak Krakatau meletus besar, Gunung Anak Krakatau tidak akan menimbulkan Tsunami besar, hanya longsorannya yang dapat memicu Tsunami.
Dari kejadian pagi ini, Mbah Rono menyampaikan, terjadinya letusan kemarin mengapa justru diributkan saat ini, bukan ketika Gunung Anak Krakatau selama satu tahun meletus secara terus-menerus?
Menurut dia, letusan Gunung Anak Krakatau menjadi daya tarik wisata minat khusus, di mana para wisatawan sudah paham / mengerti bagaimana aturan menonton kejadian alam tersebut.
"Siapa yang menikmati atraksi Alam Gunung Anak Krakatau? Beberapa Kapal Pesiar Internasional mewah, kita sempat diundang naik kapal tersebut dan menceritakan mengenai ibunya alias Gunung Krakatau yang nakal dengan Tsunami-nya, sementara si anak yang dinamis ingin cepat besar dengan cara meletus," terang Mbah Rono.
Terkait kisah itulah perbedaan antara Fenomena Alam, Mbah Rono menganggap fenomena tersebut dapat menjadi Tontonan, bukan untuk ditakuti.
Tidak perlu takut dengan suara Dentuman
Terkait dengan Dentuman, ia hanya berkomentar bahwa saat Malam hari yang sepi, semua orang Mengisolasi diri, suara dari Kendaraan lenyap yang terimbas dari Virus Corona (COVID-19).
Oleh karena itu, dentuman Gunung Anak Krakatau membahaya, mengusir sepi. Karena itulah Alam.
"Pernah saya dipanggil Gubernur Banten, Ibu Atut, karena jika Malam masyarakat khawatir dengan suara dentuman Gunung Anak Krakatau. Saya jawab, siang juga ada dentuman, tidak terdengar karena bising kendaraan dan lainnya," lanjut Mbah Rono.
Ia mengimbau masyarakat tidak perlu takut, karena Indonesia memiliki banyak Gunung Berapi, ini yang menjadi daya tarik jika dibandingkan Negara lain
Kita harus berhati-hati, karena Bencana Alam bisa saja terjadi di tengah-tengah Pandemi (Corona COVID-19) ini. Jadi harus tetap lebih waspada terhadap kondisi saat ini.
Sekian Terima Kasih, semoga saja tidak terjadi Letusan Gunung yang lebih besar lagi sehingga mengakibatkan Tsunami dan Gempa Bumi.
Wassalammu‘alaikum Wr. Wb.
Comments